Home » Berita Terbaru » Simfoni tanpa suara…

Simfoni tanpa suara…

Simfoni tanpa suara…

“Kadang tak segalanya yang kita harapkan bisa terjadi…”

Author: A.M or Pcyx_IV
Main Cast: Ryin dan Ren
Ganre: Romance and School life.

Rating: PG-13

 

~Ryin POV~

Sebuah simfoni indah memasuki indra pendengaranku, entah mengapa aku selalu mendengarnya di setiap pagi dalam beberapa hari terakhir ini. Aku mencoba menghiraukannya namun simponi merdu itu seakan mengajakku tuk mendampinginya. Mengajakku untuk datang kesebuah cerita yang jauh dari dunia hingar bingar ini.

Akhirnya rasa penasaranku menaklukan kokohnya batas yang kuciptakan dari beberapa hari lalu. Aku memberanikan kakiku melangkah pada sumber suara itu. Dan disinilah aku sekarang, ruang musik. Terlihatlah seorang pria yang tengah memainkan jari-jarinya diatas tuts-tuts piano, menciptakan sebuah simfoni indah yang belum pernah kudengar sebelumnya.

Aku hanya diam menonton pertunjukkan yang amat memukau dihadapanku, aku bahkan tak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Jujur saja aku sangat menikmatinya. Dia menutup penampilan tersebut dengan mulus, aku memberikan sedikit applause padanya, ia menatap wajahku sendu, namun tampak seulas senyum tipis darinya. Aku membalas senyuman itu dan beranjak pergi ke kelasku.

Bel mulai pelajaran berbunyi tepat saat aku sampai di depan kelasku. Aku bersyukur pagi ini aku merasakan sesuatu yang berbeda, aku sangat-sangat bahagia. Mulai saat ini aku putuskan aku jatuh cinta pada simfoni piano.

“Tet…tet…” Bel pertanda istirahat berbunyi, teman kelasku berangsur-angsur menghilang lenyap ditelan rasa lapar yang melanda mereka, hingga akhirnya hanya aku sendiri yang berada dikelas. Sekarang aku sedang membaca kumpulan flash fiction karya pasangan PAM dan IHS.

Aku melemparkan buku itu di laci nakasku,  alasannya karena rasa bosan yang kian menggerogoti diri dan  juga sekelebat pertanyaan tentang pemain piano pagi tadi.

Kulangkahkan kakiku ke suatu tempat, aku tidak yakin ketempat itu, tapi aku sangat ingin memuaskan rasa penasaranku. Pintu itu sedikit berdecit ketika kudorong. Dari suaranya saja sudah dapat kusimpulkan bahwa sangat jarang orang masuk ke ruangan ini.

Aku duduk di kursi hitam bergaya klasik ini. Ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Aku mulai menekan tuts-tuts itu, aku yakin aku tak menciptakan simfoni sebagus lelaki tadi pagi. Karena aku ingat terakhir kali aku bermain piano saat aku masih kecil

Seseorang mendorong pintu itu perlahan, dengan santainya ia mendekatiku.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Kau sendiri sedang apa?”

“Oh,emm…. Melakukan hal yang biasa kulakukan”

“Maksudmu memainkan piano ini?” Tunjukku pada piano yang ada di hadapanku ini.

“Ya, kau bisa memainkannya juga?” Kakinya beranjak mendekatiku dan duduk disampingku, jujur saja aku sangat gugup sekarang. Aku tak pernah duduk sedekat ini dengan pria manapun.

“Ya, aku tidak terlalu yakin soal itu” Aku menundukkan kepalaku, menutupi wajahku dengan rambutku.

“Kita bisa mencobanya sekarang…” Dia menekan tuts-tuts bagian kanan sedangkan aku mencoba mengiringinya dengan menekan tuts-tuts bagian kiri. Aku tau simfoni yang kuciptakan tak seindah simfoni yang diciptakan pria disampingku ini. Namun aku mencoba menutupinya dengan suaraku yang bisa dibilang standar.

“ My head underwater but I’m breathing fine…You’re crazy and I’m out of my mind…Couse all of me, loves all of you, love your curves and all your edges. All your perfect imperfections…Give you’re all to me…I’ll give my all to you…Youre my end and my beginning…Even when I lose I’m winning..’Cause I give you all, all of me.. And you give me all, all of you …hu..oo~”

Dia kembali menutup pertunjukkannya dengan sempurna.

“Suaramu sangat bagus, senang bertemu denganmu”

“Emm..Terimakasih, penampilanmu bahkan lebih bagus  dariku. Senang bertemu denganmu juga” Aku sekilas melihatname tag nya “Ren”

“Tet…tet” Bel tanda akhir istirahat berbunyi aku menundukkan badan sedikit dan berlari keluar ruang music itu.

Aku menjatuhkan diri dikursiku. Aku merasa aneh sekarang. Jantungku berdegup sangat kencang. Apa yang terjadi denganku sekarang?

Ren, nama yang sangat singkat, dia memiliki nama yang juga hampir mirip denganku. Namakupun juga singkat, Ryin. Namanya diawali huruf R dan diakhiri dengan huruf N, sama denganku. Hanya huruf Y.E.I saja yang berbeda.

Aku bahagia sekarang. Entah mengapa perasaanku daritadi sangat bahagia. Aku menyukainya?

Mentari menyapaku hangat, aku terbangun dengan senyum terlukis dibibirku berharap hari ini seindah kemarin. Namun harapan hanyalah harapan, sebuah surat putih terpampang jelas di atas nakas. Aku ambil surat itu dan mulai membacanya.

“Tess…Tess…” Buliran air yang selalu kutahan sebelumnya akhirnya jatuh juga. Aku tidak yakin hal ini bisa menghampiriku. Mengapa harus aku? Mengapa harus aku yang mendapatkan kesempatan ini dari sekian banyak orang. Dari 1 : 1000.000.000.000.000 banyak orang mengapa harus aku? Mengapa?

Aku meremas surat itu kasar dan membuangnya ke sembarang tempat. Aku benci ini semua. Aku membenci fakta bahwa aku terkena penyakit kanker otak.

 

Aku menggandeng tangan ibuku erat. Bau khas rumah sakit meyeruak memasuki seluruh organ pernafasanku. Ah! Aku benci bau ini, aku benci rumah sakit, aku benci semua yang sudah ditakdirkan padaku.

Aku melangkahkan kakiku memasuki ruang operasi, dan mengganti bajuku. Operasinya akan diadakan jam 9 malam ini. Sebenarnya operasinya memang masih cukup lama. Tapi aku memilih untuk datang lebih pagi, karena sepertinya aku sudah tak punya hasrat lagi dalam menjalani hidupku.

Aku duduk disisi brangkar, aku melihat beberapa alat yang kemungkinan besar akan kugunakkan untuk pelaksanaan operasiku nanti. Seberapa menderita lagi aku, tidak cukupkah semua penderitaanku.

Seseorang dengan kostum putih menyapaku dengan ramah, aku hanya dapat mengulaskan senyum tipisku.

“Apakah anda yakin akan melakukan operasi ini? Anda sudah tahu konsekuensi apa saja yang bisa anda terima?”

“Ya dok, saya sudah mempertimbangkannya dengan baik. Saya siap dok”

“Pikirkanlah lagi baik-baik, bila anda setuju anda bisa tandatangani surat persetujuannya. Jika tidak tandatangani surat yang satunya” Dokter itu menaruh clipboard berisi surat menyurat persetujuan beserta pulpennya diatas meja putih di samping brangkar.

“Kami akan berusaha melakukan tugas kami sebaik mungkin, apa anda punya permintaan terakhir seandainya operasi ini tak berlangsung seperti yang kita harapkan”

“Dok, apa mungkin saya akan bertahan?…” Aku sangat putus asa sekarang, aku tidak mungkin bisa mengatakan permintaan terakhirku. Aku janji akan menuliskannya.

“Tentu saja, jangan putus asa. Kami akan berusaha semampu kami”

“Dokter saya perlu pergi sebentar, saya janji akan kembali sebelum operasi di mulai”

“Tentu saja, saya paham”

Aku berjalan menuju taman yang biasa aku kunjungi waktu aku kecil, tidak terlalu banyak berubah masih sama seperti dulu. Ekor mataku menangkap sosok pria yang kukenal, aku mengikutinya hingga akhirnya aku sampai di sebuah café bergaya klasik.

Apa yang dia lakukan? Ren kembali memukauku dengan permainan pianonya yang sangat indah semua pengunjung tampak terkagum-kagum. Mungkin ini kesempatan terakhirku mendengarkan simfoni indah yang keluar dari pianonya. Aku merasa terhormat bisa bertemu dengannya.

Aku melangkahkan kakiku keluar café. Aku membeli 2 cone ice cream cokelat dari café tadi. Aku suka cokelat. Aku suka sekali. Aku memakan ice cream ku dengan lahap. Hujan turun sekarang, aku sangat-sangat suka hujan. Alasan aku suka hujan aku tidak tau pasti kenapa. Entah hal apa yang sedang merasukiku sekarang yang pasti aku merasa bahwa Tuhan berusaha menghilangkan rasa sedihku kali ini.

Aku membiarkan tetesan hujan membasahiku. Aku tidak peduli kalau nanti sakitku akan bertambah, sebentar lagi aku juga akan meninggalkan dunia ini, ya kan?

Kerongkonganku terasa gatal, aku terbatuk-batuk dibuatnya. Apa ini? Aku menatapi tanganku yang dipenuhi darah sekarang, darah… Kepalaku mulai berat sekarang. Terakhir yang kulihat adalah seorang pria berbaju casual membawa sebuah mawar putih mendekatiku.

 

~Author POV~

Pria itu membawa Ryin melaju menuju rumah sakit. Dia terus mendampingi Ryin sampai ke ruang UGD. Pasukan berseragam putih itu membawanya masuk dan melakukan tugasnya. Ibu Ryin tengah duduk menangis.

Dokter itu keluar setelah beberapa waktu yang lalu berusaha menyelamatkan Ryin. Dia sedikit membenarkan jas putihnya sebelum mencari anggota keluarga Ryin.

 

“Bagaimana keadaan Ryin, Dokter?” Tanya ibu Ryin.

“Keadaannya tadi cukup kritis, kami sudah berusaha semampu kami. Tapi…” Ucap dokter itu menggantung.

“Maafkan kami. Ryin sudah pergi…” Dokter itu menunduk lesu, dan berlalu dari hadapan Ibu Ryin.

Ibu Ryin menangis sejadi-jadinya, dia memukuli bahu Ren. Dia menarik rambutnya berharap semua ini hanya mimpi saja, tapi inilah kenyataannya. Ryin benar-benar pergi untuk selamanya. Dan takkan pernah kembali.

Wajah Ren benar-benar pucat setelah mengetahui keadaan Ryin yang sebenarnya. Dia pikir dia mengetahui semuanya tentang Ryin, tapi perkiraannya salah. Dia tidak benar-benar mengetahui semuanya tentang Ryin.

Ren berjalan keluar rumah sakit dengan gontai. Dia masih berada di ambang-ambang sadar dan tidak, dia sungguh tak percaya hal ini bisa terjadi.

“Apa benar namamu Ren?”

“Iya, ada apa?”

“Ryin meninggalkan ini untukmu sebelum dia pergi”

“Terimakasih”. Ren mengambil surat itu dan pergi menuju taman.

 

~Ren POV~

 

Aku membuka amplop putih itu dan membaca isinya.

Rabu, 04 April 2017

Ryin

Hai, Ren.

Bagaimana kabarmu? Aku harap kamu baik-baik saja.

Aku bahagia sekarang, penyakitku tidak bisa membuatku lemah lagi. Aku bebas sekarang…

Aku senang bisa bertemu denganmu dalam hidupku. Mungkin aku adalah orang yang beruntung bisa mendengar simfoni piano darimu. Aku juga merasa terhormat bisa mengiringimu hari itu. Apa kau juga bahagia waktu itu? Apa jantungmu juga berdetak lebih cepat waktu itu? Apa waktu itu kau juga merasakan hal yang sama denganku?

Sebenarnya aku ingin bertemu denganmu lagi. Haha.. Lucu sekali yah. Mana mungkin aku menemuimu lagi. Apa mungkin kau mau didatangi seorang mayat? Kekeke.

Ren, aku minta maaf karena kita tidak bisa berteman lebih lama, aku tidak bisa menemanimu bermain piano di ruang musik lagi, karena aku tidak bisa mengeluarkan suaraku untuk mengiringi simfoni pianomu lagi.

Ah, aku tau suaraku tidak bagus, jadi aku memang tidak pantas untuk mengiringimu. Kaukan rajanya piano. Iya kan? Jadi, setelah aku pergi carilah penggantiku. Maksudku orang yang akan menemanimu. Suara yang dapat menemani Sang Simfoni.

Sudah dulu surat dariku. Jangan merindukanku…

Bye~

Yang pernah mengenalmu,

Ryin.

 

Mataku kini berkaca-kaca, aku benar-benar tidak  percaya ini. Aku menggenggam surat itu erat, sangat erat. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku tidak mau kehilanganmu Ryin. Aku tidak akan kehilanganmu.

“Ryin, jangan pergi, kumohon kembalilah Ryin. Kembalilah bersamaku…” Ryin mengenakan gaun putih yang sangat indah. Senyumnya sangat tulus dan menawan. Dari wajahnya tak ada lagi raut wajah yang lelah dan lesu. Semuanya sudah digantikkan cahaya indah bak bidadari. Namun langkahnya kian menjauh dariku.

“Pergilah, aku akan menunggumu disini” Dia mengucapkan kalimat itu sebelum akhirnya cahaya putih membawanya pergi.

“RYIN!!!” Nafasku terhengal-hengal. Peluh membasahi pelipisku, sudah genap semingu Ryin meninggalkan kami semua. Tapi aku tidak bisa melupakannya. Melupakan semua tentangnya dari otakku.

 

~Author POV~

Seorang pria itu duduk dan berdoa disamping nisan Ryin. Setelah selesai mendoakan Ryin ia beranjak pergi, namun ia merunduk sebentar dan menaruh sebatang mawar putih, tanda persahabatan. Mawar putih beserta kartu ucapan berwarna tosca yang indah.

”Bagaimana jadinya jika aku bilang bahwa kau cinta pertamaku, Ryin? Sebenarnya aku menyukaimu jauh sebelum hari ini saat kita berada bersama di ruang music. Aku percaya bahwa kaulah pelengkap dalam hidupku. Kaulah pelengkap Simfoni pianoku. Maukah kau menjadi teman hidupku? Sang Simfoni menginginkamu agar selalu berada bersamanya untuk selamanya. Tolong janga tinggalkan aku. Kau tau,bagaimana jadinya Simfoni tanpa suara?”

 

04 April 2017

Ren

 

Check Also

Peserta Didik Teknik Furnitur PJBL dan PLK Teknik Kimia Industri

Peserta didik smkn 2 banjarmasin Program Keahlian teknik furnitur ikut melaksanakan Pembelajaran Luar Kelas untuk …

Gerakan Nasional “Kembali Naik Angkutan Umum”

Teman Bus Kota Banjarmasin Goes To School 2024 berkunjung ke SMK Negeri 2 Banjarmasin, Pada …

Penyuluhan dan Bimbingan Jabatan bagi pencari kerja dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Tenaga Kerja Kota Banjarmasin

Program penempatan Tenaga Kerja Sub Kegiatan Penyuluhan dan Bimbingan Jabatan dalam  rangka mempersiapkan peserta didik …

Workshop Budaya Kerja Sekolah

Budaya  kerja  adalah value atau nilai,  karakteristik,  dan atribut yang dimiliki  oleh suatu perusahaan atau …

Kunjungan Putri Indonesia Perwakilan Kalimantan Selatan 2024

SMK Negeri 2 Banjarmasin di hebohkan oleh kedatangan Putri Indonesia Perwakilan Kalimantan Selatan 2024 pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *